"Writing is a journey to a discovery"

"Writing is a journey to a discovery"
Sidoarjo Mud
Everymorning i rise a devotion
Everyday i collect passion
Everynight i maintain yearning
To build a true love

13.3.07

Di Teras Tua

Kpd alm: opung

Hembus angin dingin malam ini hanya menambah siksa
Siksa yang lahir dari sisa-sisa hidupku
Karena aku kini hanya bisa duduk diteras tua
Ditemani foto pernikahanku, 63 th yang lalu dan
Teh hangat yang dibikin anak bungsuku,
Rutin tersedia dikala sore
Agar aku lebih betah menunggu
Menunggu malam terakhirku
Apalagi yang tersisa dari diriku
Hanya beban keluarga tak berguna
Tanpa asuransi kesehatan tanpa warisan berharga
Mana ada yang mau beri aku lagi tiket kereta,
Apalagi undangan dari teman lama

O Tuhan
Dimanakah Puspita kini?
Dimanakah Setiawati ?
Aku meraba-raba meja mencari mencari rokok, mencari korek
Meraba Puspita, meraba Setiawati.

Dulu waktu masih muda ketika mulai mencari cinta
Aku akan selalu pergi dari teras ini
Melewati jalan jalan tak bernama
Memasuki lagi desa desa tak punya ketua
Barikade batas negara aku terabas
Aku akan merayu Puspita di taman kota
Aku akan memeluk Setiawati di jembatan merah Surabaya
Ada jalan-jalan di Tebing Tinggi, Selat Panjang yang paling indah
tempat kami biasa bersekongkol untuk menjual kapal milik Belanda
Tempat kami mencuri perhiasan none-none Belanda
Tempat kami karungkan para penghianat, lalu menceburkannya di laut

Sayang aku belum sempat mengajakmu pergi kesana
Untuk mengenali lagi sungai Siak yang paling rahasia
Dan batu-batu prasasti yang kami temukan waktu itu
Monumen para pahlawan, para pencari kehormatan dunia
Membangun Vihara dan Masjid saling berdekatan
Mendirikan gereja dan kuil saling berhadapan
Sekarang aku hanya bisa duduk diteras tua
Bahkan di depan, pantai sudah berkali-kali senja
Dan dibelakang, kembang kaca piring sudah tumbuh sekian kali
Bagai menusuk-nusuk hatiku

Satupersatu teman kembara aku kubur, bersama kenanganku yang lain
Pelana kuda, busur panah dan ransel berisi besting kemah
Peta peta gunung tua dan buku kecil mantra
Dan barang-barang yang kuperoleh dari perjalanan
Telah dikunci di kotak besi oleh anak-anakku
Mereka berbisik kalau aku membuka kotak itu lagi
Umurku masih akan panjang,
cerita masalaluku akan beterbangan
dari mulut dan otakku
Mereka sudah bosan, aku hanya bisa menghayal dan pikun katanya
Makanya kotak itu tak pernah dibuka lagi

Padahal salah satu isinya adalah
bintang jasa yang disematkan presiden pertama
Sehabis aku menyelamatkan teman teman batalyon saat konfrontasi Malaysia
Masih aku ingat pipi Bung Karno yg merah dan matanya yg tajam
Menyalamiku dan menepuk pundakku
Semuanya itu sudah tak bisa membuatku bahagia lagi
Yang kutunggu hanyalah malam terakhir
Kapan aku meninggalkan teras tua ini
Tetapi malam terakhirku belum juga datang
Yang datang hanyalah sejumlah bayang dan angin dingin
Ada bayang yang membuat hatiku sakit
Ancaman anak sulungku
kalau aku merokok lagi ia tak mau mengurusku lagi

Ada bayang yang membuatku menangis
Ketika aku tak mampu memberikan seluruh cintaku
pada isteriku tersayang
yang selalu aku tinggal pergi ke medan laga
Sehingga setiap malam ia selalu terjaga memimpikan aku tertembak
Atau disiksa musuh, para pemberontak keamanan

Ya Allah apa sebab kau masih memelihara aku di teras tua ?
Padahal teman-temanku sudah terbang ke langitMu
Mengapa kau selamatkan aku dari kubur masal di Aceh
Dari berondong senjata di Timor ?
Dari tenggelamnya kapal di Kepulauan Riau ?
Berapa penyakit lagi yang akan kau kirim agar hatiku terbuka
Agar malaikat maut mau memasuki kalbuku

Ya Allah, cepatlah datangkan !
Aku sudah siapkan hatiku untuk malaikatmu
Bawalah pula bayang cinta pertama yang membuatku tersenyum
Menjemputku sambil membawa dosa-dosaku
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku
Jangan jadikan kedatangan malaikatmu untuk menyiksaku
Karena malam-malam yang aku jalani
kurasakan siksa sepimu sudah begitu ganas
Terimalah doaku. Amien

No comments: